SINARMERDEKA.CO – Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) terus bermanuver dalam dimensi politik. Kondisi ini menciptakan spekulasi dalam perbincangan ruang publik.
Ya, alurnya kian deras, seakan membentuk peta politik baru dengan dimensi kuat disertai kalkulasi beragam.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai mesin politik, secara gamblang dan terang benderang telah membuka pintu kepada ‘Sang Guru Politik’ bergabung di internal partai.
Tentu, tak hanya PSI saja. Barisan relawan seperti Pro Jokowi (Projo) pun terus mendorong pria kelahiran Surakarta 21 Juni 1961 (usia 63 tahun) itu tetap berada dalam orbit politik formal.
Bahkan Projo secara terbuka mendorong Jokowi memilih simpul lain dengan merintis atau mendirikan partai baru sebagai bentuk legacy politiknya.
Dalam konteks ini, Sekretaris Steering Committee (SC) Pemilu Raya PSI, Benny Papa, menegaskan bahwa komunikasi antara PSI dan Presiden Jokowi terus terjalin intens terlebih menjelang perhelatan Pemilu Raya.
“Apakah beliau berkenan bergabung dengan PSI, tentu kita harapkan dan itu yang kami tunggu, karena kader PSI tegak lurus dengan Pak Jokowi,” kata Benny, Sabtu 17 Mei 2025.
Jokowi masuk dalam internal dan menjadi Ketua Umum PSSI merupakan kerinduan seluruh kader di tanah air.
Bagi PSI, kata Benny Papa, kehadiran Jokowi bukan sekadar simbol. Ia adalah nilai dan inspirasi yang diinternalisasi dalam gerak politik partai.
“Secara internal, Pak Jokowi selama ini kami jadikan guru politik. Dengan hadirnya beliau, tentu kekuatan PSI menjadi nilai tambah,” kata dia.
Lebih jauh, Benny menegaskan bahwa Pemilu Raya PSI membuka ruang demokrasi yang luas tanpa embel-embel dinasti politik.
“Setiap anggota punya hak suara, tidak ada penunjukan. Semua kader dibebaskan memilih,” ujarnya.
Arah Politik Formal
Sementara dari sisi relawan, Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik, menyatakan dukungan penuh agar Jokowi terus melanjutkan kiprahnya di politik formal.
“Popularitas dan pengaruh Pak Jokowi masih sangat besar. Ini harus disalurkan, dan bentuk warisan politik itu bisa lewat pembentukan partai,” ucap Freddy.
Menurutnya, ide mengenai partai super terbuka yang sempat dilontarkan Jokowi telah ditangkap oleh PSI.
Bahkan, kongres PSI mendatang disinyalir akan menjadi panggung penting mengartikulasikan ide besar tersebut.
“Tapi kami mendorong terbentuknya partai baru, yang benar-benar dibangun dari DNA politik Jokowi,” ujarnya.
Bagi Projo, apa pun pilihannya, basis massa relawan akan selalu menyertai pijakan langkah politik Jokowi, tanpa syarat.
“Bersama PSI maupun dengan pilihan lainnya, kami setia mendukung arah politik Jokowi,” timpalnya.
Freddy pun menegaskan Projo tidak memandang dinasti dalam tubuh PSI, lantaran sudah ada Kaesang (Putra sulung Jokowi) sebagai ketua PSI sebelumnya.
“Tatanan, dan sistem demokrasi telah ada, ini meritokrasi dengan tujuan, arah, dan kepentingan jelas bagi bangsa,” tegasnya.
Kekuatan Orkestrasi Relawan
Pilihan untuk bergabung ke partai besar tetap menjadi opsi rasional seperti yang disampaikan pengamat politik Adi Prayitno.
Meski pun, Adi meyakini bahwa Jokowi akan sangat berhitung dalam mengambil langkah penting itu. “Masih 50:50,” ucapnya.
“Kalau pakai perumpamaan, PSI itu ibarat baju yang kekecilan bagi Jokowi. Logikanya, lebih masuk akal jika langsung ke partai besar,” katanya.
Namun Adi juga mengakui, dari data survei, PSI merupakan partai yang paling konsisten dan setia menjadi basis dukungan Jokowi.
“Per hari ini, PSI itu 11–12 dengan Jokowi. Tidak ada partai lain yang sekuat itu dalam mendukung beliau,” katanya.
Adi juga mencatat bahwa pendirian partai baru oleh relawan seperti Projo bisa menjadi titik tolak konsolidasi kekuatan politik Jokowi ke depan.
“Kalau mendirikan partai politik baru, ini bukan hanya soal kendaraan politik, tapi juga alat perjuangan untuk mengorkestrasi loyalis dan konstituen beliau,” jelasnya.
Patronase Basis Figur
Adi juga menyebut, arah politik Jokowi didukung dengan momentum politik yang diperkuat dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapus ambang batas parlemen 4 persen.
“Ini peluang emas. Bahkan partai baru sekali pun bisa masuk parlemen. Jalannya? Lewat relawan, seperti Projo. Toh ini pola patronase politik berbasis figur,” tandasnya.
“Sama seperti PDIP dengan Megawati, Demokrat dengan SBY, dan Gerindra dengan Prabowo,” tutupnya.
Kini, pertanyaan besar tersisa Akankah Jokowi memilih PSI, membentuk partai baru, atau bergabung dengan kekuatan lama yang sudah mapan?
Satu hal yang pasti, peta politik nasional akan bergerak bila Jokowi kembali melangkah. Dan kali ini, langkah itu bisa jadi lebih monumental daripada sebelumnya.
Sorotan tajam terus tertuju pada sosok kurus yang sulit dikalahkan dalam setiap pertarungan politik di Indonesia.
“Harus diakui, sepanjang mengikuti politik elektoral, Pak Jokowi tidak pernah kalah, beliau sudah teruji dan mampu mengkonsolidasikan arus deras itu,” ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu. (ful)