SINARMERDEKA Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Saudara-saudara yang berbahagia, selamat datang kembali di “Pesmor Bezan” (Pesan Moral Bersama zarkasih Hasan).
Pada episode kali ini, mari kita merenungi sebuah kisah penuh hikmah dari kerajaan Harun Ar-Rasyid, yang mengajarkan makna syukur dalam hidup.
Di kerajaan itu, seorang raja hidup dalam kemewahan, namun belakangan merasa gelisah.
Meskipun serba berkecukupan, ia tidak merasakan kebahagiaan sejati, bahkan kehilangan selera makan.
Di sisi lain, ia melihat tukang kebunnya yang hidup sederhana, namun tampak selalu ceria dan bahagia.
Tukang kebun itu tidur nyenyak di bawah pohon, seolah-olah tanpa beban, sementara sang raja yang berbaring di kasur empuk tetap saja tidak bisa menikmati ketenangan.
Karena merasa gelisah, raja memanggil penasihatnya, Abu Nawas, untuk meminta solusi.
“Abu Nawas, kenapa tukang kebun yang hidupnya sederhana itu terlihat begitu bahagia, sementara aku yang memiliki segalanya justru merasa gelisah?” tanyanya.
Abu Nawas pun menyarankan “resep 99” dan meminta raja mengirimkan 100 keping emas kepada tukang kebun namun dengan satu keping yang hilang, sehingga hanya 99 keping emas yang diberikan.
Ketika tukang kebun menerima kotak tersebut, ia terkejut melihat hanya ada 99 keping emas.
Malamnya, ia terus mencari keping yang hilang, bolak-balik ke istana, berharap menemukannya. Hari demi hari, ia semakin muram, tak lagi seceria biasanya.
Raja menyaksikan perubahan ini dan mulai memahami pelajaran Abu Nawas ketika seseorang terobsesi pada apa yang belum ia miliki, ia melupakan nikmat yang sudah ada.
Tukang kebun itu terjebak pada satu keping yang hilang dan lupa mensyukuri 99 keping emas yang dimilikinya.
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas rezeki yang sudah diberikan Allah SWT.
Jangan sampai kita terus mengejar hal yang belum ada, hingga melupakan berkah yang ada di depan mata.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Rahman: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Mari kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, agar hidup kita dipenuhi kebahagiaan sejati.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.